Rabu, 08 Mei 2013

Manusia merupakan mahluk individual (pribadi). Manusia juga mahluk sosial (bermasyarakat) dan manusia juga merupakan mahluk pengabdi dalam batasan seorang hamba (religi) artinya adalah manusia itu sendiri sebagai mahluk tuhan. Jika ditinjau dari definisi manusia dari aspek tersebut diatas maka tidak akan terlepas peranan manusia di dunia ini yang mencakup ketiganya secara sederhana namun kompleks. Sehingga dari pernyataan dan definesi tersebutlah dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk pembelajar.

Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk pembelajar, maka diperlukan sebuah kontrol sistem dalam sebuah pemainan karakter didunia ini, yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab merupaka kesadaran akan setiap sikap dan tingkah laku yang telah dilakukan atau bahkan akan dilakukan, baik sengaja atau tidak di dalam dunia ini, baik secara personal, sosial hingga kejenjang yang lebih tinggi yaitu pengabdian seorang hamba terhadap tuhannya.

Tanggung jawab merupakan aktualisasi dan perwujudan dari sikap sadar seorang yang dikatakan manusia. Jika manusia melakukan suatu hal dengan resiko dan penyelesaian masalahnya dilakukan dalam keadaan tidak sadar, baik sakit atau pengaruh obat-obatan maka tidak dapat dikatakan sebagai  si tanggung jawab.

Sadar memiliki pengertian tahu, pengertian dan ingat sehingga kesadaran dapat didefinisikan sebagai pengertian dan rasa ingin tahu manusia terhadap hal yang benar baik terhadap sikap dan perbuatannya. Dimana kesadaran manusia sangat berkaitan erat denga hati dan pikiran yang terbuka dan mau menerima sejumlah informasi dan ilmu pengetahuan serta hal-hal yang benar. Jika si manusianya tidak mau dan tidak dapat bertanggung jawab, maka si manusianya secara tidak langsung tidak sadar atau bukan manusia. Hanya saja perwujudan secara fisik tampak seperti manusia.

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu, sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawabitu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang kepentingan pihak lain.

Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakat. Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain.

Sebagai manusia yang mempunyai nilai dan harga diri (ciri-ciri manusia modern) seseorang dituntut untuk memiliki rasa tanggungjawab akan apa yang telah dilakukannya. Walaupun seseorang itu berada dalam masyarakat tradisional (Gemeinschaft) dia dituntut untuk memiliki sebentuk tanggung jawab seperti seorang kepala suku yang diharuskan untuk mengorganisir perluasan wilayah untuk perburuan, mengkoordinasi warga dalam menghadapi kelompok lain, memimpin perburuan dan sebagai ketua peradilan untuk menyelesaikan konflik antar warganya menurut adat dan norma-norma kesukuannya.

Macam-macam Tanggung Jawab :
1.    Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memeyahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga pribadi. Karena merupakan seorang pribasi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, berangan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak.
2.    Tanggung Jawab terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami, isteri, ayah, ibu anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan.
3.    Tanggung Jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
4.    Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara
Manusia pasti hidup ditengah-tengah suatu Negara. Dan tentunya anggota masyarakatnya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam Negara tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada bangsa dan negara.
5.    Tanggung Jawab terhadap Tuhan
Manusia diciptakan oleh Tuhan pasti didasari dengan rasa tanggung jawab, dan manusia dituntut untuk tahu mana yang benar dan mana yang salah atas perbuatannya. Selain itu, manusia juga harus menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu hakekatnya adalah rasa tanggung jawab, apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetapi hanya bantuan saja Pengabdian kepada agama atau kepada Tuhan terasa menonjolnya seperti yang dilakukan oleh para biarawan dan biarawati.

Pada umumnya mereka itu adalah orang-orang yang terjun diladang Tuhan karena kesadaran moralnya, karena panggilan Tuhan. Mereka meninggalakan keluarga dan tidak akan berkeluarga. Pengabdian terhadap negara dan bangsa yang juga menyolok antara lain dilakukan oleh pegawai negri yang bertugas menjaga mercu suar di pulau yang terpencil. Mereka bersama keluarganya hidup terpencil dari masyarakat ramai. Sementara itu setiap hari tiupan angin kencang dari laut tidak pernah berhenti, apalagi bila terjadi badai. Mereka bersunyi diri dalam pengabdian diri demi keselamatan kapal yang lalu lalang. Kesenangan yang dapat dirasakan oleh pegawai negri dikota tidak dapat dirasakan, mungkin sekali-sekali bila mereka memperoleh cuti.

Pengabdian dapat juga diartikan sebagai pilihan hidup seseorang apakah ingin mengabdi kepada orangtua, kepada agama dan Tuhan ataupun kepada bangsa dan negara dimana pengabdian akan mengandung unsur pengorbanan dan kewajiban untuk melakukannya yang biasanya akan dihargai dan tergantung dari apa yang diabdikannya. Sebagai contoh, bila orang tua mengabdi untuk mengasuh anak-anaknya berkemungkinan besar nanti anak-anaknya akan berbakti juga kepada kedua orangtuanya, biarawan/wati yang mengabdi kepada agama dan Tuhannya nantinya akan dibalas amalannya di surga, ataupun pengabdian seorang pegawai negeri pada bangsa dan negaranya biasanya akan diberi semacam penghargaan atau tanda jasa dari negara yang bersangkutan.


Salah satu contoh manusia dan tanggung jawab serta pengabdian terlihat pada artikel berikut : Taman Makam Pahlawan dr. Wahidin terletak tepat di pinggir jalan raya Magelang, di desa Mlati Botoijan, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Didesa yang kultur sosial masyarakatnya masih kental inilah dr. Wahidin dikebumikan bersama istri dan beberapa keluarganya, termasuk pelukis terkenal Basuki Abdullah.

Kompleks area makam secara keseluruhan terbilang cukup luas. Memiliki tiga ruang makam utama. Makam dr. Wahidin sendiri terletak di tengah, diapit oleh makam pejuang yang gugur di sebelah selatan dan makam umum Ngasem di sebelah utara. Disebut ‘Ngasem’ karena memang terdapat pohon asam di depan makam umum ini.

Pada setiap hari-hari besar kenegaraan, seperti 17 Agustus, 20 Mei, dan hari pahlawan maka halaman makam dr. Wahidin senantiasa digunakan untuk upacara bendera. Tak jarang pula halaman ini juga sering dipakai untuk acara lomba 17an oleh pemuda dan anak-anak setempat.

Setiap sore, di makam dr. Wahidin ini akan Anda dapati seorang bapak dengan perawakan yang tidak terlalu tinggi, dan berusia sekitar 50an tahun yang sedang menyapu halaman makam yang kotor oleh daun-daun gugur. Atau kadang berada di dalam area makam sedang membersihkan rumput-rumput liar.

Setiap peziarah yang datang pasti mengenal bapak ini. Karena beliaulah yang memegang kunci makam. Ya, beliau adalah juru kunci makam dr. Wahidin. Orang yang bertanggung jawab terhadap perawatan makam. Orang yang dengan rela dan penuh pengorbanan serta keikhlasan menjaga dan merawat lingkungan makam.

Coba bayangkan seandainya makam yang luas dan penuh dengan sejarah tersebut tidak ada yang merawat? Makam yang bersemayam jasad pahlawan negeri ini pasti akan kotor, kumuh dan terbengkalai. Dan pastinya akan sangat memalukan bagi bangsa yang punya semboyan ‘bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya’.

Apa yang dilakukan oleh bapak juri kunci tersebut mungkin hanya sederhana. Tugasnya tidak untuk membuat analisis-analisis rumit mengenai fluktuasi kenaikan harga bahan bakar minyak. Tidak perlu pusing memikirkan gugatan-gugatan pemilu. Atau memikirkan kasus korupsi yang sedemikian banyaknya. Tugas dan tanggung jawabnya hanyalah merawat dan menjaga makam pahlawan.

Job description beliau hanyalah menyapu area makam, mengepel lantai, menyiapkan keperluan ketika ada upacara resmi, atau membukakan pintu dan melayani para peziarah. Tapi sebuah job kecil itu beliau laksanakan dengan penuh keikhlasan. Beliau melakukannya dengan penuh rasa penghargaan terhadap jasad yang terbaring di area tersebut.

Gaji yang beliau dapatkan mungkin tak seberapa. Mungkin besarnya gaji itu menurut ilmu akuntansi memang pantas untuk tugas yang ‘hanya’ menjadi juru kunci. Tetapi mungkin tidak bisa disejajarkan dengan keikhlasan dan tanggung jawab beliau. Karena memang hal itu tidak bisa diukur dengan angka-angka rupiah.

Pendapat saya : Para pahlawan itu selalu ikhlas dalam perbuatannya. Tak perlu kita meragukan itu. Bahkan mungkin para pahlawan yang telah gugur pun, tak mengharapkan untuk disebut sebagai ‘pahlawan’. Tetapi kitalah yang menikmati jasa dan pengorbanan mereka yang menyematkan gelar itu. Ini hanyalah bentuk dari rasa menghargai. Gelar kepahlawanan yang kita berikan merupakan salah satu bukti bahwa kita telah menghargai dengan sepenuh hati dan sebesar-besarnya atas jasa-jasa yang telah mereka lakukan. Menghargai itu membutuhkan sebuah penilaian yang obyektif. Tidak bisa kita menghargai seseorang hanya semata karena kedekatan emosional atau alasan sentimental. Menghargai itu merupakan bentuk apresiasi kita terhadap apa-apa yang telah dilakukan oleh seseorang. Menghargai yang tampak sederhana bisa jadi lebih sulit. Karena seringkali orang dengan peran-peran kecil –namun vital- justru dilupakan. Misalnya saja, kita akan sangat merasakan arti pentingnya juru kunci, ketika melihat keadaaan makam yang tak terawat dengan baik. Sama seperti halnya saat merasakan betapa berharganya pembantu rumah tangga, ketika pembantu mudik waktu lebaran. Orang-orang dangkal belajar menghargai ketika telah kehilangan apa-apa yang ternyata berharga. Orang-orang mendalam menghargai dengan terus menambahkan ke dalam kesadarannya alasan untuk terus menghargai, walaupun dalam hal-hal sederhana dan tampak remeh temeh.

Oleh karena itulah, dalam kehidupan bangsa ini akan selalu muncul ‘pahlawan-pahlawan tak dikenal’ yang jauh dari hiruk pikuk keramaian publik. Akan muncul pahlawan dari sosok seorang juru kunci makam. Dari sosok guru-guru di daerah pedalaman. Dari sosok tukang sapu jalan. Dari sosok pedagang kecil di pasar. Atau bahkan dari sosok buruh-buruh.

Maka bagi saya, beliau -dan juru kunci yang lain- adalah pahlawan di makam pahlawan itu. Karena seorang pahlawan ialah orang yang bersedia berkorban bagi bangsa dan negaranya. Berkorban secara ikhlas dan semata-mata karena bentuk pengabdian. Pengabdian yang seringkali menjadi apologi penguasa untuk tidak menghargai jasa mereka, para pahlawan yang terlupakan.

Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/11/pahlawan-makam-pahlawan-318424.html
Kegelisahan berasal dari kata gelisah , yang berarti tidak tentram hatinya , selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Tidak lain dari semua itu adalah reaksi natural psikologis dan phisiologis akibat ketegangan saraf dan kondisi-kondisi kritis atau tidak menyenangkan. Pada masing-masing orang terdapat reaksi yang berbeda dengan yang lain, tergantung faktor-faktornya, dan itu wajar. Adapun bahwa manusia selalu merasa gelisah hingga membuatnya mengeluarkan keringat dingin, jantungnya berdetak sangat kencang, tekanan darahnya naik pada kondisi. Serta dapat juga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kwatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan. Kegelisahanhanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Kegelisahan merupakansalah satu ekspresi kecemasan. Karena itu dalam pengertian sehari-hari kegelisahan juga diartikan kecemasan, kekhawatiran ataupun ketakutan. Masalh kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.

Macam-macam kegelisahan :
1.    Kegelisahan negatif
Kegelisahan yang berlebih-lebihan/yang melewati batas, yaitu kegelisahan yang berhenti pada titik merasakan kelemahan, di mana orang yang mengalaminya sama sekali tidak bisa melakukan perubahan positif atau langkah-langkah konkret untuk berubah atau mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu kegelisahan dalam ‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas atau tidak ada.
2.    Kegelisahan positif
Kegelisahan dalam arti yang baik digunakan sebagai kesadaran yang dapat menjadi spirit dalam memecahkan banyak permasalahan, sebagai tanda peringatan, kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang datang secara tak terduga. Ia juga merupakan kekuatan dalam menghadapi kondisi-kondisi baru dan dapat membantu dalam beradaptasi. Singkatnya, ia merupakan faktor penting yang dibutuhkan manusia. Sedangkan “kegelisahan negatif” jelas sangat membahayakan, seperti gula pada darah; ketika ketinggian kadarnya membahayakan kesehatan manusia. Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan kecemasan, kekhawatiran, ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.

Bentuk – bentuk kegelisahan dalam diri manusia dapat menjelma seperti :
1.    Keterasingan
Terasing, diasingkan atau sedang dalam keterasingan sudah ada sejak puluhan bahkan ribuan tahun lamanya. Dimana terasing pada dasarnya dapat didefinisikan sebagi bentuk kehilangan eksistensi diri yang disebabkan tidak adanya pengakuan tentang keberadaan kita “secara hakikat” atau dengan kata lain merasa tersisihkan dan termarjinalkan oleh diri sendiri dan orang lain dalam pergaulan atau mayarakat. Keterasingan disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
•    Faktor intern, atau fakor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti merasa berbeda dengan orang lain, rendah diri dan bersikap apatis dengan lingkungan.
•    Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri. Faktor ini pun biasanya bersumber pada faktor yang pertama.
2.    Kesepian
Aplikasi dan perwujudan dari terasing adalah kesepian. Jika seseorang sudah merasa diasingkan maka orang tersebut akan mengalami kesepian dalam diri dan lingkungan sehingga merasa kesepian. Jika hal ini terus dibiarkan maka orang tersebut akan kehilangan unsur dan karakter unik dalam dirinya senhingga dia pun sulit untuk mengenali dirinya.
3.    Ketidakpastian
Berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal usul yang jelas. Itu semua disebabkan oleh pikiran yang tidak dapat berkonsentrasi yang mengacaukan pikirannya.

Mengapa Kegelisahan sering Dialami Manusia?. Umumnya manusia tidak menyukai kegelisahan dan mendambakan kebahagiaan. Tapi justru yang ditakutkan itu sering datang pada kehidupan kita. Dan yang didambakan itu sering menjauh dari kita. Mengapa?. Kegelisahan tidak jarang bersahabat dengan umumnya kita. Ada yang gelisah karena faktor-faktor materi, ada juga yang bukan karena hal-hal yang material. Mungkin kegelisahan itu disebabkan antara lain:
1.    Kesulitan ekonomi.
2.    Takut kehilangan harta, jabatan dan popularitas.
3.    Penyakit yang menahun.
4.    Kesulitan mendapatkan pasangan hidup yang ideal.
5.    Takut kehilangan pasangan hidup.
6.    Khawatir gagal dalam berkarier.
7.    Dan lainnya.

Kegelisahan sebenarnya bisa diatasi tetapi terkadang manusia sulit untuk mengatasinya. Kegelisahan dapat di lawan  dengan ketenangan, tetapi itu sulit diatasi oleh manusia. Dalam keadaan tertekan manusia sering mengalami kegelisahan, kegelisahan selalu menyelimuti manusia. Salah satu cobaan pada diri manusia adalah kegelisahan dan bedanya kegelisahan ini dengan cobaan yang lain adalah kita dapat merasakannya walaupun tak ada yang menyakiti kita. Kegelisahan dapat terjadi saat diri kita berada dalam situasi ketidakpastian, kesepian, ataupun keterasingan. Bahkan kita tidak mengetahui penyebab kita gelisah dan memang hidup itu penuh misteri. Manusia tidak akan pernah terlepas dari hal semacam kegelisahan yang menjadi misteri hidup selama manusia hidup.


Contohnya, kegelisahan untuk masyarakat Indonesia saat ini sangatlah besar, mau jadi apa bangsa ini jika generasi mudanya tidak memiliki pendidikan yang memadai, banyak anak-anak di daerah yang masih belum bisa sekolah karena keterbatasaan biaya yang semakin lama semakin mahal. Ini merupakan kegelisahan bagi para pemimipin dan kita sebagai masyarakatnya. Dulu pendidikan di dapatkan dengan nilai dan hasil kerja otak kita, sekarang pendidikan bisa di bayar dengan uang, betapa rendahnya para pemimpin yang menangani pendidikan ini, mereka lebh memilih siswa/siswi yang mempunyai banyak duit dari pada siswa/siswi yang mempunyai kepintaran yang luar biasa, sampai akhirnya mereka di bantu oleh perusahaan atau instaImagensi-instansi luar negeri yang membuat mereka berkerja di luar Negara ini, sehingga mereka lupa akan Negara ini, dan lebih memilih luar negeri sebagai tempat kerja dan hidup nya, karena menurut mereka buat apa saya berkerja di Negara ini jikalau para pemerintah tidak memperdulikan generasi muda yang berbakat, hasilnya adalah orang yang memerintah Indonesia ini adalah orang-orang yang kotor yang hanya memikirkan akan kehidupannya sendiri. Maka dari itu, jika kita sebagai generasi muda ingin membangun Indonesia menjadi yang lebih baik lagi, maka mulai lah dari sekarang kita bentuk jiwa yang bersih dan benar agar generasi selanjutnya bisa menjadikan Indonesia menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut dituangkan dalam sebuah artikel berjudul tentang pendidikan yang memprihatinkan.

Slamet Effendy Yusuf dalam artikelnya mengatakan: tampaknya kegelisahan penyelenggaraan pendidikan nasional mendorong Prof Dr Soedijarto MA, seorang pakar ilmu pendidikan yang puluhan tahun teguh dan istiqomah concern pada bidang pendidikan, untuk terus berpikir mencari apa yang salah dengan sistem pendidikan nasional kita sekaligus berupaya mencari format yang paling ideal.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan dan makalah disajikan dalam berbagai seminar mengenai kondisi pendidikan nasional. Buku dibuka dengan keprihatinan penulisnya betapa bangsa ini sangat jauh tertinggal dari bangsa lain. Dalam kondisi bangsa yang sering dilanda konflik, yang secara ekonomi jauh dari maju dan secara ilmu pengetahuan sangat bergantung pada dunia luar, sulit bagi Indonesia diperhitungkan dalam percaturan internasional. Bagi Prof Soedijarto, ketertinggalan ini sangat erat kaitannya dengan kepedulian pada bidang pendidikan. Terpuruknya kondisi negara-bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kondisi pendidikan nasional.

Semua negara yang kemudian menjadi negara maju, seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, disusul Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, dan China, merupakan negara-negara yang memulai pembangunan dengan menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas utama. Amerika Serikat sejak Thomas Jefferson, Jerman sejak Otto von Bismarck, Britania Raya sejak King Arthur, Jepang sejak zaman Meiji. Negara maju adalah negara yang peduli pada pendidikan. Lebih lanjut ia berpendapat, belum cerdasnya kehidupan bangsa, belum majunya kebudayaan nasional, dan belum sejahteranya kehidupan rakyat, akarnya adalah masih rendahnya kualitas manusia.

Membaca uraian dan analisis Prof Soedijarto sungguh menyenangkan. Permasalahan pendidikan bangsa dipaparkan secara gamblang dengan bahasa yang mudah dipahami. Beragam topik yang dikupas dalam buku ini mencerminkan luasnya pengetahuan penulis. Kedalaman pembahasan tentu hanya dapat dicapai oleh seorang pengamat, pemerhati, pencinta, sekaligus pelaku pendidikan seperti dia. Penulis menelusup masuk ke hal-hal yang sifatnya sangat praktis, seperti karut-marutnya metode pembelajaran, salah kaprah pemaknaan ujian nasional sebagai mekanisme evaluasi pendidikan nasional; bahkan memasuki wilayah yang politis seperti memaparkan benang merah antara kegagalan sistem pendidikan nasional dan minimnya alokasi anggaran pendidikan.

Buku ini dibagi dalam lima bagian yang tematis. Pada bagian pertama, banyak diuraikan pokok-pokok pikirannya mengenai landasan dan visi pendidikan nasional. Landasan dan visi pendidikan nasional jelas tertulis dalam UUD 1945, yaitu Pancasila sebagai filsafat dasar dalam penyelenggaraan pendidikan nasional dan arahan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Keluaran pendidikan yang diharapkan adalah lahirnya manusia-manusia Indonesia yang berkarakter, yaitu yang cerdas, religius, patriotik, humanis, dan memiliki rasa keadilan sosial yang tinggi.

Selanjutnya arahan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menohok pada pendidikan sebagai gerakan transformasi budaya Indonesia dari tradisional dan feodalistik menjadi budaya modern, rasional, demokratis, dan berorientasi kepada ilmu pengetahuan.

Sayang alih-alih mencerdaskan kehidupan bangsa, output dari sistem pendidikan yang dirancang dan diselenggarakan negara ini justru menimbulkan masalah dalam masyarakat. Beberapa kasus-kasus yang merugikan negara dan masyarakat seperti tindakan korupsi justru sering melibatkan orang-orang cerdas di negeri ini. Ini artinya pendidikan nasional sangat jauh dari landasan serta arahan yang diinginkan.

Bagian kedua dari buku ini banyak membahas mengenai kurikulum, sistem evaluasi, tenaga pendidik, dan metode pengajaran yang ideal dan sesuai dengan landasan serta arahan pendidikan nasional. Secara umum, kemampuan sistem pendidikan nasional suatu negara dalam menghasilkan output yang dapat mendukung lahirnya negara-bangsa yang kuat adalah mutu pendidikan yang tercermin pada proses transformasi ilmu di dalamnya. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mencakup dimensi nalar/akal, nilai, dan sikap.

Di Indonesia, yang menjadi perhatian penuh pemerintah adalah dimensi nalar/akal yang belum tentu berdampak pada pengembangan kemampuan intelektual, kematangan pribadi, serta kematangan moral dan karakter. Akibatnya yang terjadi adalah pendidikan lebih mementingkan kecerdasan intelektual, tetapi sedikit sekali memberikan tempat pada nilai-nilai humanistik dan hati nurani.

Slamet Effendy Yusuf Ketua Kaukus Anggota DPR untuk Anggaran Pendidikan Minimal 20 Persen

SUMBER :http://nasional.kompas.com/read/2008/10/20/02420267/tentang.pendidikan.yang.memprihatinkan

Selasa, 07 Mei 2013

Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati karena ia menentukan masa depan seseorang. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar itu manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.

Pandangan hidup berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2. Pandangan hidup yang berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada suatu Negara.
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka panandangan hidup itu disebut ideology. Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu : cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Cita-cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmana, dan kepercayaan kepada Tuhan.


Contoh pada foto di atas yaitu pandangan hidup dari segi ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat di Indonesia. Pada foto itu terlihat beberapa pengamen dengan sytle punk atau metal. Masyarakat yang menemui mereka di jalanan seringkali berpandangan bahwa hidup mereka itu liar (tidak punya rumah, badan serta pakaian kumel, sering bermabuk-mabukan dan bahkan saat mengamen tidak jarang mereka sering meminta dengan cara yang memaksa). Hal seperti itulah yang menjadikan nilai pandangan hidup mereka menjadi buruk. Tetapi mungkin ada sebagian kecil dari mereka memang yang mengamen dengan harapan untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik yaitu mengenal, mengerti, menghayati, meyakini, mengabdi dan mengamankan.

Berikut merupakan contoh artikel mengenai kehidupan anak punk:
Anak Punk Keroyok Anggota TNI. Segerombolan anak punk mengeroyok seorang anggota TNI AD yang diketahui Prada Diko di Jalan Wolter Monginsidi, Pekanbaru, Riau. Akibat pengeroyakan yang dilakukan belasan anak punk tersebut, Diko mengalami luka akibat sayatan benda tajam dan hantaman benda tumpul. Namun dari belasan anak berambut mohawk yang mengeroyok Diko, beberapanya sudah ditahan. "Ada lima anak punk yang telah diamankan" kata Kapolsek Kota Pekanbaru, Kompol Yogi pada wartawan.

Aksi brutal anak punk ini bermula saat Diko menegur salah seorang anak punk yang melintas di Jalan Wolter Monginsidi, dikarenakan aksi mereka mengganggu warga. Namun sikap Diko yang coba menasehati tidak disambut baik anak punk. Diduga pengaruh alkohol, mereka malah berkata tidak menentu. Ini membuatnya dan segerombolan anak punk terlihat cekcot mulut. Tiba-tiba salah seorang anak punk menyerang Diko yang diikuti oleh temannya. Karena tidak seimbang, korban pun minta pertolongan warga. Begitu mendengar ada teriakan, sejumlah warga langsung datang ke lokasi. Massa kemudian mengepung para anak punk danberhasil mengamankan lima orang yang sempat menjadi bulan-bulanan warga. Selanjutnya warga pun menyerahkan kelima anak punk ini ke pihak berwajib.

Sumber : http://berita.plasa.msn.com/nasional/okezone/anak-punk-keroyok-anggota-tni-1