Rabu, 08 Mei 2013

Manusia merupakan mahluk individual (pribadi). Manusia juga mahluk sosial (bermasyarakat) dan manusia juga merupakan mahluk pengabdi dalam batasan seorang hamba (religi) artinya adalah manusia itu sendiri sebagai mahluk tuhan. Jika ditinjau dari definisi manusia dari aspek tersebut diatas maka tidak akan terlepas peranan manusia di dunia ini yang mencakup ketiganya secara sederhana namun kompleks. Sehingga dari pernyataan dan definesi tersebutlah dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk pembelajar.

Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk pembelajar, maka diperlukan sebuah kontrol sistem dalam sebuah pemainan karakter didunia ini, yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab merupaka kesadaran akan setiap sikap dan tingkah laku yang telah dilakukan atau bahkan akan dilakukan, baik sengaja atau tidak di dalam dunia ini, baik secara personal, sosial hingga kejenjang yang lebih tinggi yaitu pengabdian seorang hamba terhadap tuhannya.

Tanggung jawab merupakan aktualisasi dan perwujudan dari sikap sadar seorang yang dikatakan manusia. Jika manusia melakukan suatu hal dengan resiko dan penyelesaian masalahnya dilakukan dalam keadaan tidak sadar, baik sakit atau pengaruh obat-obatan maka tidak dapat dikatakan sebagai  si tanggung jawab.

Sadar memiliki pengertian tahu, pengertian dan ingat sehingga kesadaran dapat didefinisikan sebagai pengertian dan rasa ingin tahu manusia terhadap hal yang benar baik terhadap sikap dan perbuatannya. Dimana kesadaran manusia sangat berkaitan erat denga hati dan pikiran yang terbuka dan mau menerima sejumlah informasi dan ilmu pengetahuan serta hal-hal yang benar. Jika si manusianya tidak mau dan tidak dapat bertanggung jawab, maka si manusianya secara tidak langsung tidak sadar atau bukan manusia. Hanya saja perwujudan secara fisik tampak seperti manusia.

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu, sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawabitu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang kepentingan pihak lain.

Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakat. Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain.

Sebagai manusia yang mempunyai nilai dan harga diri (ciri-ciri manusia modern) seseorang dituntut untuk memiliki rasa tanggungjawab akan apa yang telah dilakukannya. Walaupun seseorang itu berada dalam masyarakat tradisional (Gemeinschaft) dia dituntut untuk memiliki sebentuk tanggung jawab seperti seorang kepala suku yang diharuskan untuk mengorganisir perluasan wilayah untuk perburuan, mengkoordinasi warga dalam menghadapi kelompok lain, memimpin perburuan dan sebagai ketua peradilan untuk menyelesaikan konflik antar warganya menurut adat dan norma-norma kesukuannya.

Macam-macam Tanggung Jawab :
1.    Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memeyahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga pribadi. Karena merupakan seorang pribasi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, berangan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak.
2.    Tanggung Jawab terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami, isteri, ayah, ibu anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan.
3.    Tanggung Jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
4.    Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara
Manusia pasti hidup ditengah-tengah suatu Negara. Dan tentunya anggota masyarakatnya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam Negara tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada bangsa dan negara.
5.    Tanggung Jawab terhadap Tuhan
Manusia diciptakan oleh Tuhan pasti didasari dengan rasa tanggung jawab, dan manusia dituntut untuk tahu mana yang benar dan mana yang salah atas perbuatannya. Selain itu, manusia juga harus menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu hakekatnya adalah rasa tanggung jawab, apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetapi hanya bantuan saja Pengabdian kepada agama atau kepada Tuhan terasa menonjolnya seperti yang dilakukan oleh para biarawan dan biarawati.

Pada umumnya mereka itu adalah orang-orang yang terjun diladang Tuhan karena kesadaran moralnya, karena panggilan Tuhan. Mereka meninggalakan keluarga dan tidak akan berkeluarga. Pengabdian terhadap negara dan bangsa yang juga menyolok antara lain dilakukan oleh pegawai negri yang bertugas menjaga mercu suar di pulau yang terpencil. Mereka bersama keluarganya hidup terpencil dari masyarakat ramai. Sementara itu setiap hari tiupan angin kencang dari laut tidak pernah berhenti, apalagi bila terjadi badai. Mereka bersunyi diri dalam pengabdian diri demi keselamatan kapal yang lalu lalang. Kesenangan yang dapat dirasakan oleh pegawai negri dikota tidak dapat dirasakan, mungkin sekali-sekali bila mereka memperoleh cuti.

Pengabdian dapat juga diartikan sebagai pilihan hidup seseorang apakah ingin mengabdi kepada orangtua, kepada agama dan Tuhan ataupun kepada bangsa dan negara dimana pengabdian akan mengandung unsur pengorbanan dan kewajiban untuk melakukannya yang biasanya akan dihargai dan tergantung dari apa yang diabdikannya. Sebagai contoh, bila orang tua mengabdi untuk mengasuh anak-anaknya berkemungkinan besar nanti anak-anaknya akan berbakti juga kepada kedua orangtuanya, biarawan/wati yang mengabdi kepada agama dan Tuhannya nantinya akan dibalas amalannya di surga, ataupun pengabdian seorang pegawai negeri pada bangsa dan negaranya biasanya akan diberi semacam penghargaan atau tanda jasa dari negara yang bersangkutan.


Salah satu contoh manusia dan tanggung jawab serta pengabdian terlihat pada artikel berikut : Taman Makam Pahlawan dr. Wahidin terletak tepat di pinggir jalan raya Magelang, di desa Mlati Botoijan, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Didesa yang kultur sosial masyarakatnya masih kental inilah dr. Wahidin dikebumikan bersama istri dan beberapa keluarganya, termasuk pelukis terkenal Basuki Abdullah.

Kompleks area makam secara keseluruhan terbilang cukup luas. Memiliki tiga ruang makam utama. Makam dr. Wahidin sendiri terletak di tengah, diapit oleh makam pejuang yang gugur di sebelah selatan dan makam umum Ngasem di sebelah utara. Disebut ‘Ngasem’ karena memang terdapat pohon asam di depan makam umum ini.

Pada setiap hari-hari besar kenegaraan, seperti 17 Agustus, 20 Mei, dan hari pahlawan maka halaman makam dr. Wahidin senantiasa digunakan untuk upacara bendera. Tak jarang pula halaman ini juga sering dipakai untuk acara lomba 17an oleh pemuda dan anak-anak setempat.

Setiap sore, di makam dr. Wahidin ini akan Anda dapati seorang bapak dengan perawakan yang tidak terlalu tinggi, dan berusia sekitar 50an tahun yang sedang menyapu halaman makam yang kotor oleh daun-daun gugur. Atau kadang berada di dalam area makam sedang membersihkan rumput-rumput liar.

Setiap peziarah yang datang pasti mengenal bapak ini. Karena beliaulah yang memegang kunci makam. Ya, beliau adalah juru kunci makam dr. Wahidin. Orang yang bertanggung jawab terhadap perawatan makam. Orang yang dengan rela dan penuh pengorbanan serta keikhlasan menjaga dan merawat lingkungan makam.

Coba bayangkan seandainya makam yang luas dan penuh dengan sejarah tersebut tidak ada yang merawat? Makam yang bersemayam jasad pahlawan negeri ini pasti akan kotor, kumuh dan terbengkalai. Dan pastinya akan sangat memalukan bagi bangsa yang punya semboyan ‘bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya’.

Apa yang dilakukan oleh bapak juri kunci tersebut mungkin hanya sederhana. Tugasnya tidak untuk membuat analisis-analisis rumit mengenai fluktuasi kenaikan harga bahan bakar minyak. Tidak perlu pusing memikirkan gugatan-gugatan pemilu. Atau memikirkan kasus korupsi yang sedemikian banyaknya. Tugas dan tanggung jawabnya hanyalah merawat dan menjaga makam pahlawan.

Job description beliau hanyalah menyapu area makam, mengepel lantai, menyiapkan keperluan ketika ada upacara resmi, atau membukakan pintu dan melayani para peziarah. Tapi sebuah job kecil itu beliau laksanakan dengan penuh keikhlasan. Beliau melakukannya dengan penuh rasa penghargaan terhadap jasad yang terbaring di area tersebut.

Gaji yang beliau dapatkan mungkin tak seberapa. Mungkin besarnya gaji itu menurut ilmu akuntansi memang pantas untuk tugas yang ‘hanya’ menjadi juru kunci. Tetapi mungkin tidak bisa disejajarkan dengan keikhlasan dan tanggung jawab beliau. Karena memang hal itu tidak bisa diukur dengan angka-angka rupiah.

Pendapat saya : Para pahlawan itu selalu ikhlas dalam perbuatannya. Tak perlu kita meragukan itu. Bahkan mungkin para pahlawan yang telah gugur pun, tak mengharapkan untuk disebut sebagai ‘pahlawan’. Tetapi kitalah yang menikmati jasa dan pengorbanan mereka yang menyematkan gelar itu. Ini hanyalah bentuk dari rasa menghargai. Gelar kepahlawanan yang kita berikan merupakan salah satu bukti bahwa kita telah menghargai dengan sepenuh hati dan sebesar-besarnya atas jasa-jasa yang telah mereka lakukan. Menghargai itu membutuhkan sebuah penilaian yang obyektif. Tidak bisa kita menghargai seseorang hanya semata karena kedekatan emosional atau alasan sentimental. Menghargai itu merupakan bentuk apresiasi kita terhadap apa-apa yang telah dilakukan oleh seseorang. Menghargai yang tampak sederhana bisa jadi lebih sulit. Karena seringkali orang dengan peran-peran kecil –namun vital- justru dilupakan. Misalnya saja, kita akan sangat merasakan arti pentingnya juru kunci, ketika melihat keadaaan makam yang tak terawat dengan baik. Sama seperti halnya saat merasakan betapa berharganya pembantu rumah tangga, ketika pembantu mudik waktu lebaran. Orang-orang dangkal belajar menghargai ketika telah kehilangan apa-apa yang ternyata berharga. Orang-orang mendalam menghargai dengan terus menambahkan ke dalam kesadarannya alasan untuk terus menghargai, walaupun dalam hal-hal sederhana dan tampak remeh temeh.

Oleh karena itulah, dalam kehidupan bangsa ini akan selalu muncul ‘pahlawan-pahlawan tak dikenal’ yang jauh dari hiruk pikuk keramaian publik. Akan muncul pahlawan dari sosok seorang juru kunci makam. Dari sosok guru-guru di daerah pedalaman. Dari sosok tukang sapu jalan. Dari sosok pedagang kecil di pasar. Atau bahkan dari sosok buruh-buruh.

Maka bagi saya, beliau -dan juru kunci yang lain- adalah pahlawan di makam pahlawan itu. Karena seorang pahlawan ialah orang yang bersedia berkorban bagi bangsa dan negaranya. Berkorban secara ikhlas dan semata-mata karena bentuk pengabdian. Pengabdian yang seringkali menjadi apologi penguasa untuk tidak menghargai jasa mereka, para pahlawan yang terlupakan.

Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/11/pahlawan-makam-pahlawan-318424.html
Kegelisahan berasal dari kata gelisah , yang berarti tidak tentram hatinya , selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Tidak lain dari semua itu adalah reaksi natural psikologis dan phisiologis akibat ketegangan saraf dan kondisi-kondisi kritis atau tidak menyenangkan. Pada masing-masing orang terdapat reaksi yang berbeda dengan yang lain, tergantung faktor-faktornya, dan itu wajar. Adapun bahwa manusia selalu merasa gelisah hingga membuatnya mengeluarkan keringat dingin, jantungnya berdetak sangat kencang, tekanan darahnya naik pada kondisi. Serta dapat juga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kwatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan. Kegelisahanhanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Kegelisahan merupakansalah satu ekspresi kecemasan. Karena itu dalam pengertian sehari-hari kegelisahan juga diartikan kecemasan, kekhawatiran ataupun ketakutan. Masalh kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.

Macam-macam kegelisahan :
1.    Kegelisahan negatif
Kegelisahan yang berlebih-lebihan/yang melewati batas, yaitu kegelisahan yang berhenti pada titik merasakan kelemahan, di mana orang yang mengalaminya sama sekali tidak bisa melakukan perubahan positif atau langkah-langkah konkret untuk berubah atau mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu kegelisahan dalam ‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas atau tidak ada.
2.    Kegelisahan positif
Kegelisahan dalam arti yang baik digunakan sebagai kesadaran yang dapat menjadi spirit dalam memecahkan banyak permasalahan, sebagai tanda peringatan, kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang datang secara tak terduga. Ia juga merupakan kekuatan dalam menghadapi kondisi-kondisi baru dan dapat membantu dalam beradaptasi. Singkatnya, ia merupakan faktor penting yang dibutuhkan manusia. Sedangkan “kegelisahan negatif” jelas sangat membahayakan, seperti gula pada darah; ketika ketinggian kadarnya membahayakan kesehatan manusia. Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan kecemasan, kekhawatiran, ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.

Bentuk – bentuk kegelisahan dalam diri manusia dapat menjelma seperti :
1.    Keterasingan
Terasing, diasingkan atau sedang dalam keterasingan sudah ada sejak puluhan bahkan ribuan tahun lamanya. Dimana terasing pada dasarnya dapat didefinisikan sebagi bentuk kehilangan eksistensi diri yang disebabkan tidak adanya pengakuan tentang keberadaan kita “secara hakikat” atau dengan kata lain merasa tersisihkan dan termarjinalkan oleh diri sendiri dan orang lain dalam pergaulan atau mayarakat. Keterasingan disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
•    Faktor intern, atau fakor yang berasal dari dalam diri sendiri seperti merasa berbeda dengan orang lain, rendah diri dan bersikap apatis dengan lingkungan.
•    Faktor ekstern, yaitu faktor yang berasal dari luar diri. Faktor ini pun biasanya bersumber pada faktor yang pertama.
2.    Kesepian
Aplikasi dan perwujudan dari terasing adalah kesepian. Jika seseorang sudah merasa diasingkan maka orang tersebut akan mengalami kesepian dalam diri dan lingkungan sehingga merasa kesepian. Jika hal ini terus dibiarkan maka orang tersebut akan kehilangan unsur dan karakter unik dalam dirinya senhingga dia pun sulit untuk mengenali dirinya.
3.    Ketidakpastian
Berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal usul yang jelas. Itu semua disebabkan oleh pikiran yang tidak dapat berkonsentrasi yang mengacaukan pikirannya.

Mengapa Kegelisahan sering Dialami Manusia?. Umumnya manusia tidak menyukai kegelisahan dan mendambakan kebahagiaan. Tapi justru yang ditakutkan itu sering datang pada kehidupan kita. Dan yang didambakan itu sering menjauh dari kita. Mengapa?. Kegelisahan tidak jarang bersahabat dengan umumnya kita. Ada yang gelisah karena faktor-faktor materi, ada juga yang bukan karena hal-hal yang material. Mungkin kegelisahan itu disebabkan antara lain:
1.    Kesulitan ekonomi.
2.    Takut kehilangan harta, jabatan dan popularitas.
3.    Penyakit yang menahun.
4.    Kesulitan mendapatkan pasangan hidup yang ideal.
5.    Takut kehilangan pasangan hidup.
6.    Khawatir gagal dalam berkarier.
7.    Dan lainnya.

Kegelisahan sebenarnya bisa diatasi tetapi terkadang manusia sulit untuk mengatasinya. Kegelisahan dapat di lawan  dengan ketenangan, tetapi itu sulit diatasi oleh manusia. Dalam keadaan tertekan manusia sering mengalami kegelisahan, kegelisahan selalu menyelimuti manusia. Salah satu cobaan pada diri manusia adalah kegelisahan dan bedanya kegelisahan ini dengan cobaan yang lain adalah kita dapat merasakannya walaupun tak ada yang menyakiti kita. Kegelisahan dapat terjadi saat diri kita berada dalam situasi ketidakpastian, kesepian, ataupun keterasingan. Bahkan kita tidak mengetahui penyebab kita gelisah dan memang hidup itu penuh misteri. Manusia tidak akan pernah terlepas dari hal semacam kegelisahan yang menjadi misteri hidup selama manusia hidup.


Contohnya, kegelisahan untuk masyarakat Indonesia saat ini sangatlah besar, mau jadi apa bangsa ini jika generasi mudanya tidak memiliki pendidikan yang memadai, banyak anak-anak di daerah yang masih belum bisa sekolah karena keterbatasaan biaya yang semakin lama semakin mahal. Ini merupakan kegelisahan bagi para pemimipin dan kita sebagai masyarakatnya. Dulu pendidikan di dapatkan dengan nilai dan hasil kerja otak kita, sekarang pendidikan bisa di bayar dengan uang, betapa rendahnya para pemimpin yang menangani pendidikan ini, mereka lebh memilih siswa/siswi yang mempunyai banyak duit dari pada siswa/siswi yang mempunyai kepintaran yang luar biasa, sampai akhirnya mereka di bantu oleh perusahaan atau instaImagensi-instansi luar negeri yang membuat mereka berkerja di luar Negara ini, sehingga mereka lupa akan Negara ini, dan lebih memilih luar negeri sebagai tempat kerja dan hidup nya, karena menurut mereka buat apa saya berkerja di Negara ini jikalau para pemerintah tidak memperdulikan generasi muda yang berbakat, hasilnya adalah orang yang memerintah Indonesia ini adalah orang-orang yang kotor yang hanya memikirkan akan kehidupannya sendiri. Maka dari itu, jika kita sebagai generasi muda ingin membangun Indonesia menjadi yang lebih baik lagi, maka mulai lah dari sekarang kita bentuk jiwa yang bersih dan benar agar generasi selanjutnya bisa menjadikan Indonesia menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut dituangkan dalam sebuah artikel berjudul tentang pendidikan yang memprihatinkan.

Slamet Effendy Yusuf dalam artikelnya mengatakan: tampaknya kegelisahan penyelenggaraan pendidikan nasional mendorong Prof Dr Soedijarto MA, seorang pakar ilmu pendidikan yang puluhan tahun teguh dan istiqomah concern pada bidang pendidikan, untuk terus berpikir mencari apa yang salah dengan sistem pendidikan nasional kita sekaligus berupaya mencari format yang paling ideal.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan dan makalah disajikan dalam berbagai seminar mengenai kondisi pendidikan nasional. Buku dibuka dengan keprihatinan penulisnya betapa bangsa ini sangat jauh tertinggal dari bangsa lain. Dalam kondisi bangsa yang sering dilanda konflik, yang secara ekonomi jauh dari maju dan secara ilmu pengetahuan sangat bergantung pada dunia luar, sulit bagi Indonesia diperhitungkan dalam percaturan internasional. Bagi Prof Soedijarto, ketertinggalan ini sangat erat kaitannya dengan kepedulian pada bidang pendidikan. Terpuruknya kondisi negara-bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kondisi pendidikan nasional.

Semua negara yang kemudian menjadi negara maju, seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, disusul Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, dan China, merupakan negara-negara yang memulai pembangunan dengan menempatkan sektor pendidikan sebagai prioritas utama. Amerika Serikat sejak Thomas Jefferson, Jerman sejak Otto von Bismarck, Britania Raya sejak King Arthur, Jepang sejak zaman Meiji. Negara maju adalah negara yang peduli pada pendidikan. Lebih lanjut ia berpendapat, belum cerdasnya kehidupan bangsa, belum majunya kebudayaan nasional, dan belum sejahteranya kehidupan rakyat, akarnya adalah masih rendahnya kualitas manusia.

Membaca uraian dan analisis Prof Soedijarto sungguh menyenangkan. Permasalahan pendidikan bangsa dipaparkan secara gamblang dengan bahasa yang mudah dipahami. Beragam topik yang dikupas dalam buku ini mencerminkan luasnya pengetahuan penulis. Kedalaman pembahasan tentu hanya dapat dicapai oleh seorang pengamat, pemerhati, pencinta, sekaligus pelaku pendidikan seperti dia. Penulis menelusup masuk ke hal-hal yang sifatnya sangat praktis, seperti karut-marutnya metode pembelajaran, salah kaprah pemaknaan ujian nasional sebagai mekanisme evaluasi pendidikan nasional; bahkan memasuki wilayah yang politis seperti memaparkan benang merah antara kegagalan sistem pendidikan nasional dan minimnya alokasi anggaran pendidikan.

Buku ini dibagi dalam lima bagian yang tematis. Pada bagian pertama, banyak diuraikan pokok-pokok pikirannya mengenai landasan dan visi pendidikan nasional. Landasan dan visi pendidikan nasional jelas tertulis dalam UUD 1945, yaitu Pancasila sebagai filsafat dasar dalam penyelenggaraan pendidikan nasional dan arahan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Keluaran pendidikan yang diharapkan adalah lahirnya manusia-manusia Indonesia yang berkarakter, yaitu yang cerdas, religius, patriotik, humanis, dan memiliki rasa keadilan sosial yang tinggi.

Selanjutnya arahan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa menohok pada pendidikan sebagai gerakan transformasi budaya Indonesia dari tradisional dan feodalistik menjadi budaya modern, rasional, demokratis, dan berorientasi kepada ilmu pengetahuan.

Sayang alih-alih mencerdaskan kehidupan bangsa, output dari sistem pendidikan yang dirancang dan diselenggarakan negara ini justru menimbulkan masalah dalam masyarakat. Beberapa kasus-kasus yang merugikan negara dan masyarakat seperti tindakan korupsi justru sering melibatkan orang-orang cerdas di negeri ini. Ini artinya pendidikan nasional sangat jauh dari landasan serta arahan yang diinginkan.

Bagian kedua dari buku ini banyak membahas mengenai kurikulum, sistem evaluasi, tenaga pendidik, dan metode pengajaran yang ideal dan sesuai dengan landasan serta arahan pendidikan nasional. Secara umum, kemampuan sistem pendidikan nasional suatu negara dalam menghasilkan output yang dapat mendukung lahirnya negara-bangsa yang kuat adalah mutu pendidikan yang tercermin pada proses transformasi ilmu di dalamnya. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mencakup dimensi nalar/akal, nilai, dan sikap.

Di Indonesia, yang menjadi perhatian penuh pemerintah adalah dimensi nalar/akal yang belum tentu berdampak pada pengembangan kemampuan intelektual, kematangan pribadi, serta kematangan moral dan karakter. Akibatnya yang terjadi adalah pendidikan lebih mementingkan kecerdasan intelektual, tetapi sedikit sekali memberikan tempat pada nilai-nilai humanistik dan hati nurani.

Slamet Effendy Yusuf Ketua Kaukus Anggota DPR untuk Anggaran Pendidikan Minimal 20 Persen

SUMBER :http://nasional.kompas.com/read/2008/10/20/02420267/tentang.pendidikan.yang.memprihatinkan

Selasa, 07 Mei 2013

Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati karena ia menentukan masa depan seseorang. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar itu manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.

Pandangan hidup berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2. Pandangan hidup yang berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada suatu Negara.
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka panandangan hidup itu disebut ideology. Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu : cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Cita-cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmana, dan kepercayaan kepada Tuhan.


Contoh pada foto di atas yaitu pandangan hidup dari segi ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat di Indonesia. Pada foto itu terlihat beberapa pengamen dengan sytle punk atau metal. Masyarakat yang menemui mereka di jalanan seringkali berpandangan bahwa hidup mereka itu liar (tidak punya rumah, badan serta pakaian kumel, sering bermabuk-mabukan dan bahkan saat mengamen tidak jarang mereka sering meminta dengan cara yang memaksa). Hal seperti itulah yang menjadikan nilai pandangan hidup mereka menjadi buruk. Tetapi mungkin ada sebagian kecil dari mereka memang yang mengamen dengan harapan untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik yaitu mengenal, mengerti, menghayati, meyakini, mengabdi dan mengamankan.

Berikut merupakan contoh artikel mengenai kehidupan anak punk:
Anak Punk Keroyok Anggota TNI. Segerombolan anak punk mengeroyok seorang anggota TNI AD yang diketahui Prada Diko di Jalan Wolter Monginsidi, Pekanbaru, Riau. Akibat pengeroyakan yang dilakukan belasan anak punk tersebut, Diko mengalami luka akibat sayatan benda tajam dan hantaman benda tumpul. Namun dari belasan anak berambut mohawk yang mengeroyok Diko, beberapanya sudah ditahan. "Ada lima anak punk yang telah diamankan" kata Kapolsek Kota Pekanbaru, Kompol Yogi pada wartawan.

Aksi brutal anak punk ini bermula saat Diko menegur salah seorang anak punk yang melintas di Jalan Wolter Monginsidi, dikarenakan aksi mereka mengganggu warga. Namun sikap Diko yang coba menasehati tidak disambut baik anak punk. Diduga pengaruh alkohol, mereka malah berkata tidak menentu. Ini membuatnya dan segerombolan anak punk terlihat cekcot mulut. Tiba-tiba salah seorang anak punk menyerang Diko yang diikuti oleh temannya. Karena tidak seimbang, korban pun minta pertolongan warga. Begitu mendengar ada teriakan, sejumlah warga langsung datang ke lokasi. Massa kemudian mengepung para anak punk danberhasil mengamankan lima orang yang sempat menjadi bulan-bulanan warga. Selanjutnya warga pun menyerahkan kelima anak punk ini ke pihak berwajib.

Sumber : http://berita.plasa.msn.com/nasional/okezone/anak-punk-keroyok-anggota-tni-1
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.

Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.

Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.

Berbagai Macam Keadilan :
1. Keadilan legal atau keadilan moral. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (the man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal.
2. Keadilan distributive. Aristotele berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally).
3. Keadilan komutatif. Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

Mencari keadilan di Indonesia untuk sekarang ini sangat sulit. Keadilan di Indonesia saat ini pun sudah sangat mudah dibeli oleh para penguasa, seperti pejabat, mafia hukum, dan juga para kalangan-kalangan orang berduit.


Contohnya terlihat pada foto di atas, terlihat ada seorang lelaki paruh baya yang bernama Indra Azwan, ialah lelaki yang nekat berjalan kaki dari Malang, Jawa Timur, ke Jakarta, demi menemui Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tetapi kini ia harus kembali ke kampung halaman membawa kekecewaan karena niatannya tidak terpenuhi. Kedatangan Indra ditolak petugas pengamanan di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Lepas magrib, ia menyambangi kediaman bapak presiden. Ia mencoba meminta izin masuk. Ia ingin bertemu sang kepala negara walaupun hanya sebentar saja. Namun keinginannya tersebut langsung ditolak. Sebenarnya Indra ingin menyapa Pak Yudhoyono untuk mencari keadilan atas kematian putranya. Pada 1993 lalu, anaknya tewas karena ditabrak oknum polisi. Apalah daya, niat menyampaikan aspirasi tidak disahuti oleh bapak presiden. Indra pun dengan langkah lunglai memilih kembali ke Malang dengan jalan kaki. Selama perjalanannya menyusuri pinggiran Arteri, Cibubur, Jawa Barat, Indra tak henti bergumam. Ia mengeluh karena tidak adanya perhatian Bapak Presiden Yudhoyono berikut hukum di negara ini. Betapa tidak, ia heran mengapa polisi yang menabrak putranya 17 tahun lalu tidak mendapat hukuman dari instansinya.

Pendapat dari contoh diatas adalah, presiden seharusnya benar benar menegakkan keadilan di Indonesia, jangan lemah. Lakukan semua sama menurut hukum yang ada dan juga seharusnya hukum di Indonesia juga lebih ditegaskan, dengan artian tidak mudah dibeli dengan uang.
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya  menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat tidaknya intensitas penderitaan. Suatu pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan. Penderitaan itu merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi bila penderitaan itu kita sikapi dengan bijaksana maka penderitaan itu akan berubah menjadi sesuatu yang hebat.

Contoh kasus manusia dan penderitaan :


Seorang warga miskin terbujur kaku di lahan milik PT. Kereta Api Indonesia di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Ironisnya, korban tewas karena kelaparan dan penyakit yang dideritanya.

Tak berlebihan jika kita menyebut Suwardi tewas karena kemiskinan. Pasalnya, warga miskin dari Desa Kandang Rejo, Bogor, Nganjuk, itu hanya berprofesi sebagai pemulung barang bekas. Bahkan, rumah korban terletak di dekat penampungan sampah. Lelaki tua itu hidup sebatang kara. Tiap malam, ia hanya tidur beralaskan tikar di dekat areal pembuangan sampah. Bahkan, ia tidur di areal tanah yang bukan miliknya itu, tanpa ada atap yang melindunginya dari terik dan hujan.

Seorang teman Sumardi mengatakan, sudah dua minggu lelaki tua itu menderita sesak nafas. Karena tak punya duit, Sumardi pun menahan rasa sakitnya sendiri. Pasalnya, jangankan untuk berobat, untuk makan saja susah. Ajal pun menjemputnya. Pemulung tua itu meninggal berbalut kemiskinan yang membelitnya.

Kisah Sumardi, hanya salah satu potret dari kegagalan negara mengimplementasikan amanat Undang-undang Dasar 1945. Padahal, dengan terang Undang-undang Dasar 1945 menegaskan lewat Pasal 34 ayat 1 bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

Pendapat saya mengenai kasus diatas yaitu memang sudah sangat mengenaskan soal kelaparan di negara ini, banyak dari masyarakat Indonesia yang masih kelaparan disaat para pejabat menuntut fasilitas gedung yang mereka anggap "kurang", padahal jika gedung mereka diperbaharui pun belum tentu menjamin kinerja mereka akan meningkat. Masih banyak dari saudara - saudara kita yang membutuhkan bantuan dari kita, kelaparan terjadi dimana-mana mulai dari kota bahkan di pedesaan. Memang kita tidak bisa melihat hanya dari satu sudut pandang saja, karena kemiskinan merupakan faktor utama dari kelaparan, sedangkan kemiskinan sangat dekat dengan kebodohan, tapi lagi - lagi dizaman sekarang pendidikan merupakan sesuatu yang mahal, biaya untuk sekolah pun sangat tinggi. Semuanya merupakan efek berantai dari sebagian penderitaan rakyat kecil. Sudah banyak sekali penderitaan yang dialami oleh saudara - saudara kita yang kurang beruntung, tapi banyak dari pejabat yang kurang peka terhadap penderitaan mereka, bahkan tidak peduli, lalu untuk apa mereka menjabat sebagai wakil rakyat jika tidak memerhatikan penderitaan rakyatnya?
        
Untuk itu, marilah kita sedikit lebih peka terhadap penderitaan yang dialami oleh saudara - saudara kita yang kurang beruntung. Jika bisa memilih, mereka juga tidak mau hidup dalam penderitaan, kemiskinan dan kelaparan. Tapi semua itu juga merupakan sebuah ketetapan Tuhan yang bisa membuat kita lebih bersyukur terhadap apa yang sudah diberikan Tuhan kepada kita yang beruntung. Oleh karena itu, marilah kita menjadi pribadi yang berguna untuk kebaikan sesama serta menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas semua karunia yang telah diberikan-Nya kita. Penderitaan merupakan bagian kehidupan manusia, semua orang pasti pernah mengalami kesulitan dalam hidupnya, tapi ada rencana Tuhan dibalik penderitaan, sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan.

Sumber : http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/09/22/136403/Miris-Warga-Miskin-Tewas-Karena-Kelaparan
Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni meskipun tidak semua hasil seni indah, pemandangan alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, taman, perabot rumah, suara, warna dan sebagainya). Keindahan adalah identik dengan kebenaran.                  

Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal dari bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.

Manusia setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya agar segalanya tampak mempesona dan menyenangkan bagi yang melihatnya. Semua ini menunjukkan betapa manusia sangat gandrung dan mencintai keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk konsumsi vital bagi indera manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana yang relatif banyak untuk keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk menikmatinya, seperti bertamasya ke tempat yang jauh bahkan berbahaya, hal ini semakin mengesankan betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang. Agaknya semakin tinggi pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk menghargai keindahan dan juga semakin selektif untuk menilai dan apa yang harus dikeluarkan untuk menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi orang yang dapat menghayati keindahan.

Menurut cakupannya orang harus membedakan keindahan sebagai suatu kualita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk pembedaan itu dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “the beautiful” (benda atau hal indah). Dalam pembatasan filsafat, kedua pengertian ini kadang-kaang dicampuradukkan saja.

Keindahan alam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah, kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah pikiran yang indah dan adap kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual.

Nilai estetik keindahan. Dalam rangka teori umum tentang nilai keindahan, The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segaa sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah suatu relaitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapa pada sesuatu benda sampai terbukti ketidak benarannya.

Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut : ”The believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be of interest to an individual or a group” (Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok).

Hal itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya.

Nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik. Nilai itu ada yang membedakan antara nilai subyektif dan obyektif, tetapi penggolongan yang penting ialah nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrument / contributory), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.

Kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.Manusia menciptakan berbagai macam peralatan untuk memecahkan rahasia gejala alami tersebut. Semuanya ini dilakukan dan hanya bisa terjadi berdasarkan resep atau pemikiran pendahuluan yang dihasilkan oleh kontemplasi. Siklus kehidupan manusia dalam lingkup pandangan ini menunjukkan bahwa kontemplasi selain sebagai tujuan juga sebagai cara atau jalan mencari keserba sempurnaan kehidupan manusia.

Manusia dan keindahan merupakan satu kesatuan, bisa dibilang begitu karena keindahan juga merupakan bagian dari manusia. Keindahan dapat diciptakan oleh manusia dengan kegiatan seperti melukis, bernyanyi, dan memainkan alat musik, tak sedikit manusia yang membuat keindahan untuk diri sendiri dalam arti untuk kehidupan mahkluk hidup lainnya.

Pada contoh kasus tema kali ini yaitu pembukaan lahan hutan Aceh untuk kepentingan bisnis. Masyarakat madani beri tekanan pada para pemangku kepentingan. Hutan Aceh sebagai aset Bumi, harus diselamatkan.
  

Terlihat pada gambar diatas yaitu sisa-sisa hutan yang masih tersisa di Aceh, pembukaan areal perkebunan dan pertambangan telah membuat hutan Aceh terus menyusut dari tahun ke tahun, antara tahun 1980 hingga 2008, luas hutan Aceh telah berkurang hingga 914.422 hektar dari total luas 5.675.850 hektar.

Masih terdapat banyak perdebatan tentang perlindungan hutan Aceh dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang bakal bermuara deforestasi. Masyarakat madani memberi tekanan pada para pemangku kepentingan dengan harapan dapat menyelamatkan hutan Aceh sebagai aset Bumi. Atas dasar itulah, koalisi masyarakat kembali mengadakan dialog publik "Selamatkan Hutan Aceh", Senin (22/4) dalam momentum peringatan Hari Bumi Sedunia 2013. "Kami mengharapkan Gubernur Aceh membatalkan niat mengubah dari RTRW yang lama ke RTRW baru ini," jelas Usman Hamid, aktivis ChangeOrg Indonesia.

Menurut Usman, dalam kasus RTRW Aceh sangat ada peluang penyalahgunaan wewenang bagi kepentingan politik. Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas yang ikut membuka acara ini mengungkapkan, banyak penebangan hutan juga terjadi karena pembiaran pemerintah terkait masalah perizinan ilegal sejumlah korporat.

"Hutan adalah sumber daya alam yang mampu membebaskan rakyat dari perbudakan, kelaparan, ketakutan, dan kemiskinan," kata Busyro. Setelah diteliti lebih jauh, pembukaan 1,2 juta hektare area hutan dialokasikan untuk berbagai kepentingan bisnis, dan hanya sekitar satu persen (14.704 ha) yang dialokasikan bagi warga. Meskipun Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, di sebuah kesempatan terpisah pada hari yang sama, membantah hal itu. Menhut tidak sepakat mengenai jumlah luasan hutan 1,2 juta hektare.

"Saya tidak tahu dari mana asalnya angka tersebut. Yang jelas masyarakat daerah Aceh sekarang menginginkan sekali ada pertumbuhan ekonomi, supaya mereka bisa mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lain di Sumatra. Maka sekadar diajukan revisi tata ruang bagi lahan seluas 150.000 hektare, yang akan disetujui mungkin sekitar 130.000 hektare," ujar Zulkifli.
 

Terlihat pada gambar diatas terdapat pohon pinus terlihat asri dan tumbuh di atas kemiringan gunung kawasan Takengon, Aceh Tengah, Namun sayang, sebagian besar hutan lindung yang ditumbuhi pinus itu banyak telah terbakar.

Tokoh Muhammadiyah Aceh Tengku Imam Syuja, memandang kalau semestinya agenda prioritas untuk mensejahterakan masyarakat Aceh yang 60 persennya masyarakat pedesaan dengan optimalkan lahan produksi yang telah ada ketimbang membuka lahan baru. "Pemerintah bisa memfasilitasi mereka, terutama yang tinggal di sekitar hutan, meningkatkan lahan garapan. Sehingga dalam waktu lima tahun terakhir, pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Gubernur Zaini Abdullah dan Wakil Muzakir Manaf dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat di pedesaan," katanya lagi.

Elfian Effendi dari Greenomics mengatakan, jika rancangan RTRW benar-benar disahkan, akan terjadi risiko bencana. Elfian pun mendukung yang disampaikan oleh Busyro. "Perhutanan di Aceh butuh kehadiran lembaga negara. Kewajiban Gubernur dan Menhut juga menangani persoalan izin-izin ilegal yang terbit," tambahnya.

Salah seorang pemuda asal Aceh Barat Daya, Aceh, Muhammad Ade (22), mengaku dampak pengurangan hutan Aceh langsung dapat dirasakan oleh masyarakat setempat. "Sangat merasakan. Terjadi banjir besar. Sebelumnya belum pernah terjadi banjir sebesar itu," Muhammad bertutur. Bahkan saat ini, dengan eksisnya konsesi-konsesi logging, perkebunan sawit, dan tambang, kualitas udara dan (untuk wilayah tertentu) air sudah menurun. Ia meminta pemerintah juga memikirkan bagaimana pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat yang bergantung hidup pada hutan, jangan menghasilkan suatu kebijakan tanpa melihat aspek sosial.

Pendapat saya menurut contoh artikel diatas mengenai hubungan antara manusia dan keindahan alamnya yang pada dasarnya dapat dirasakan dan dinikmati oleh setiap manusia yaitu sangat disayangkan apabila kita sebagai manusia tidak melestarikan keindahan alam bumi ini. Seharusnya kita dapat melestarikannya supaya di hari yang akan datang, anak cucu kita dapat merasakan keindahan alam yang ada di bumi ini. Tetapi sudah terbukti manusia sekarang banyak yang kurang sadar akan kecintaannya terhadap keindahan alam sekitar. Tingkat kesadaran yang berbeda-beda itu disebabkan karena pengetahuan manusia itu sendiri masih minim terhadap nilai estetik. Semakin tinggi nilai estetik yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin tinggi pula standar orang tersebut mengenai kata indah dan keindahan dari suatu pemandangan maupun karya seni yang diliatnya.

Sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/04/pembukaan-lahan-hutan-aceh-untuk-kepentingan-bisnis

Kamis, 02 Mei 2013

Harapan berasal dari kata harap, artinya keinginan supaya sesuatu terjadi. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus harapan berarti putus asa. Tanpa harapan manusia tidak artinya sebagai manusia. Manusia yang tak mempunyai harapan berarti tak dapat diharapakan lagi. Harapan itu terkait dengan masa depan.

Menurut kodratnya dalam diri manusia ada dorongan yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup. Dorongan kodrat itu ialah menangis, tertawa, berpikir, berkata, bercinta, mempunyai keturunan dan lain sebagainya. Kebutuhan hidup ialah kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani ialah pengan, sandang dan papan. Sedangkan kebutuhan rohani meliputi kebahagiaan, kesejahteraan, kepuasan hiburan dan lain sebagainya.

Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Tetapi ada kalanya seorang mempunyai harapan yang berlebihan, hal tersebut tentu kurang baik juga karena akan menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu diibaratkan seperti peribahasa “si pungguk merindukan bulan”. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan tersebut. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.

Penyebab manusia mempunyai harapan yaitu menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusia pun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah–tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik, jasmani maupun mental atau spiritualnya. Pada manusia dan harapan dapat kita lihat, bahwa setiap manusia memiliki harapan masing-masing. Setiap harapan yang dimiliki oleh manusia pasti berbeda-beda. Tetapi di setiap harapan yang kita miliki terkadang tidak seperti apa yang kita harapkan.



Contohnya terlihat pada beberapa gambar di atas yaitu terlihat orang-orang dengan penuh harapan memandang ribuan lilin yang menyinari dua belas kapel kecil di Krastova Gora, sebuah tempat suci di pegunungan Rhodope, Bulgaria.

“Saya kena stroke. Itulah kenapa saya datang ke sini. Untuk mencari pertolongan.” tutur Yanko Dimitrov (65), salah satu dari banyak orang yang datang ke tempat suci tersebut.

Setiap pekan, banyak umat beragama (juga yang tidak memeluk kepercayaan) datang ke lembah di sekitar tempat tersebut untuk berdoa meminta keajaiban kesembuhan bagi diri sendiri dan orang yang mereka cintai. Tapi hari besarnya adalah 14 September, perayaan Kristen Ortodoks, Pesta Salib Suci. Menurut legenda setempat, menghabiskan malam menjelang hari raya di sana bisa menimbulkan keajaiban dan menyembuhkan penyakit.

“Manusia harus memiliki iman. Tanpa iman, tidak ada hidup,” tutur Dimitrov, yang sulit untuk bergerak di sebuah tempat tidur yang disediakan gereja utama, kepada AFP. Meski sulit berjalan, dia tetap melakukan perjalanan sejauh 200 kilometer dari Veliko Tarnovo bersama istrinya.

Mariana Vladova (51), yang menjalani pemulihan dari operasi komplikasi otak, datang bersama seorang teman yang kehilangan fungsi otot setelah mengalami stroke. Ia berharap bisa mendapatkan kembali kesehatan dan semangatnya. “Saya bukan orang yang taat beragama. Namun, saat pertama kali saya datang ke sini saya melihat dengan mata kepala saya sendiri wajah Yesus terbentuk di langit di atas kapel besar,” katanya.

Lebih dari 1.000 orang datang ke lembah ini setiap tahun menjelang 14 September, mereka datang dengan penyakit dan doa masing-masing. Ada pasangan yang belum memiliki anak, ibu membawa bayinya yang sering sakit-sakitan, remaja dengan kursi roda dan orang tua yang pincang, serta banyak lagi.

“Semua orang memiliki sesuatu untuk diminta dalam doanya,” tutur Milka Dakova (27) dari kota Montana ketika sedang bermain dengan anak laki-lakinya yang berusia dua tahun. Perlu waktu sekitar satu jam untuk mendaki sampai ke gereja utama, sementara orang yang menderita penyakit parah bisa dibawa menggunakan mobil. Namun, jalanan biasanya macet.

Pada ketinggian 1.545 meter di atas permukaan laut, saat malam hari pada musim gugur bisa menjadi sangat dingin. Jadi para peziarah membawa banyak barang agar bisa melindungi mereka dari hawa dingin, mulai dari lapisan plastik dan selimut yang harganya murah hingga kantung tidur, tenda dan bahkan tempat tidur lipat.
“Kami datang ke tempat ini setiap tahun selama 12 tahun terakhir dan akan terus datang selama kami masih hidup untuk terus berharap agar diberikan kesehatan kepada kami dan anak-anak serta cucu kami,” tutur sepasang suami-istri. “Kekuatan magis tempat ini  membuat kami merasa sehat.”

Tempat suci tersebut ditemukan pada 1933 ketika seorang pria yang sangat taat dari desa setempat Borovo melihat sebuah salib bercahaya di atas langit bukit, dan mendapat penglihatan yang mengatakan di tempat itu dulu ada biara yang menyimpan sisa Salib Suci yang digunakan untuk menyalibkan Yesus.

Setelah Evdokia, adik Raja Boris III dari Bulgaria yang sakit-sakitan, mengatakan dia merasa lebih baik karena menghabiskan malam di tempat tersebut, pihak kerajaan yang sangat bersyukur karena hal tersebut memasang sebuah salib logam untuk menghiasi bukit yang penuh misteri itu.

Sebuah kapel kecil kemudian dibangun saat ketenaran Krastova Gora yang berarti “hutan salib” dalam bahasa Bulgaria yaitu menyebar, dan semakin banyak cerita tentang keajaiban kesembuhan beredar.

Meski di bawah komunisme, ketika paham atheis diterapkan dan pergi ke gereja adalah hal tabu, penduduk lokal membantu orang-orang yang putus asa untuk membawa anak-anak mereka yang sakit melalui jalan hutan untuk menuju tempat suci tersebut.

Ketika rezim komunis jatuh pada 1989, transisi ekonomi yang sulit, peningkatan jumlah pengangguran dan sistem perawatan kesehatan yang bermasalah membuat orang kembali ke gereja, dan munculnya minat atas tempat tersebut mendorong pembangunan sebuah gereja, 12 kapel kecil untuk masing-masing rasul dan sebuah biara. Namun sekarang, semakin banyak orang datang hanya karena penasaran, dan penjaja makanan, kios suvenir murah, dan penjual tanaman obat-obatan muncul dengan berdatangannya turis. “Tampaknya tempat ini menarik untuk dikunjungi,” tutur Radostina Simonova, yang melakukan tur ke tempat tersebut. “Saya pernah mendengar kekuatan luar biasa dari tempat ini untuk menyembuhkan penyakit. Mungkin bisa juga mewujudkan mimpi menjadi kenyataan!” tuturnya, saat sedang bersiap tidur di bawah langit dan bintang.

Jadi, dari kisah diatas dapat disimpulkan bahwa setiap manusia pasti memiliki harapan dalam hidupnya, terutama harapan yang kita panjatkan kepada Sang Pencipta. Tetapi kita tidak boleh hanya berdiam diri dan bergantung dengan harapan atau akan datangnya keajaiban.  Kita sebagai manusia wajib berusaha dulu untuk mencapai hasil yang kita inginkan. Bekerja dan bertindak disertai dengan doa adalah hal yang akan membuahkan hasil dari sebuah harapan yang kita inginkan. Seperti kata pepatah “we need more actions to make it happen”.

Sumber :
http://id.berita.yahoo.com/harapan-keajaiban-penyembuhan-di-tempat-suci-di-bulgaria-.html