Rabu, 08 Mei 2013

Pahlawan Makam Pahlawan

Manusia merupakan mahluk individual (pribadi). Manusia juga mahluk sosial (bermasyarakat) dan manusia juga merupakan mahluk pengabdi dalam batasan seorang hamba (religi) artinya adalah manusia itu sendiri sebagai mahluk tuhan. Jika ditinjau dari definisi manusia dari aspek tersebut diatas maka tidak akan terlepas peranan manusia di dunia ini yang mencakup ketiganya secara sederhana namun kompleks. Sehingga dari pernyataan dan definesi tersebutlah dapat disimpulkan bahwa manusia adalah mahluk pembelajar.

Karena manusia pada hakikatnya adalah mahluk pembelajar, maka diperlukan sebuah kontrol sistem dalam sebuah pemainan karakter didunia ini, yaitu tanggung jawab. Tanggung jawab merupaka kesadaran akan setiap sikap dan tingkah laku yang telah dilakukan atau bahkan akan dilakukan, baik sengaja atau tidak di dalam dunia ini, baik secara personal, sosial hingga kejenjang yang lebih tinggi yaitu pengabdian seorang hamba terhadap tuhannya.

Tanggung jawab merupakan aktualisasi dan perwujudan dari sikap sadar seorang yang dikatakan manusia. Jika manusia melakukan suatu hal dengan resiko dan penyelesaian masalahnya dilakukan dalam keadaan tidak sadar, baik sakit atau pengaruh obat-obatan maka tidak dapat dikatakan sebagai  si tanggung jawab.

Sadar memiliki pengertian tahu, pengertian dan ingat sehingga kesadaran dapat didefinisikan sebagai pengertian dan rasa ingin tahu manusia terhadap hal yang benar baik terhadap sikap dan perbuatannya. Dimana kesadaran manusia sangat berkaitan erat denga hati dan pikiran yang terbuka dan mau menerima sejumlah informasi dan ilmu pengetahuan serta hal-hal yang benar. Jika si manusianya tidak mau dan tidak dapat bertanggung jawab, maka si manusianya secara tidak langsung tidak sadar atau bukan manusia. Hanya saja perwujudan secara fisik tampak seperti manusia.

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatu, sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawabitu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang kepentingan pihak lain.

Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakat. Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain.

Sebagai manusia yang mempunyai nilai dan harga diri (ciri-ciri manusia modern) seseorang dituntut untuk memiliki rasa tanggungjawab akan apa yang telah dilakukannya. Walaupun seseorang itu berada dalam masyarakat tradisional (Gemeinschaft) dia dituntut untuk memiliki sebentuk tanggung jawab seperti seorang kepala suku yang diharuskan untuk mengorganisir perluasan wilayah untuk perburuan, mengkoordinasi warga dalam menghadapi kelompok lain, memimpin perburuan dan sebagai ketua peradilan untuk menyelesaikan konflik antar warganya menurut adat dan norma-norma kesukuannya.

Macam-macam Tanggung Jawab :
1.    Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memeyahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga pribadi. Karena merupakan seorang pribasi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, berangan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak.
2.    Tanggung Jawab terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami, isteri, ayah, ibu anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan.
3.    Tanggung Jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
4.    Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara
Manusia pasti hidup ditengah-tengah suatu Negara. Dan tentunya anggota masyarakatnya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam Negara tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada bangsa dan negara.
5.    Tanggung Jawab terhadap Tuhan
Manusia diciptakan oleh Tuhan pasti didasari dengan rasa tanggung jawab, dan manusia dituntut untuk tahu mana yang benar dan mana yang salah atas perbuatannya. Selain itu, manusia juga harus menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu hakekatnya adalah rasa tanggung jawab, apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetapi hanya bantuan saja Pengabdian kepada agama atau kepada Tuhan terasa menonjolnya seperti yang dilakukan oleh para biarawan dan biarawati.

Pada umumnya mereka itu adalah orang-orang yang terjun diladang Tuhan karena kesadaran moralnya, karena panggilan Tuhan. Mereka meninggalakan keluarga dan tidak akan berkeluarga. Pengabdian terhadap negara dan bangsa yang juga menyolok antara lain dilakukan oleh pegawai negri yang bertugas menjaga mercu suar di pulau yang terpencil. Mereka bersama keluarganya hidup terpencil dari masyarakat ramai. Sementara itu setiap hari tiupan angin kencang dari laut tidak pernah berhenti, apalagi bila terjadi badai. Mereka bersunyi diri dalam pengabdian diri demi keselamatan kapal yang lalu lalang. Kesenangan yang dapat dirasakan oleh pegawai negri dikota tidak dapat dirasakan, mungkin sekali-sekali bila mereka memperoleh cuti.

Pengabdian dapat juga diartikan sebagai pilihan hidup seseorang apakah ingin mengabdi kepada orangtua, kepada agama dan Tuhan ataupun kepada bangsa dan negara dimana pengabdian akan mengandung unsur pengorbanan dan kewajiban untuk melakukannya yang biasanya akan dihargai dan tergantung dari apa yang diabdikannya. Sebagai contoh, bila orang tua mengabdi untuk mengasuh anak-anaknya berkemungkinan besar nanti anak-anaknya akan berbakti juga kepada kedua orangtuanya, biarawan/wati yang mengabdi kepada agama dan Tuhannya nantinya akan dibalas amalannya di surga, ataupun pengabdian seorang pegawai negeri pada bangsa dan negaranya biasanya akan diberi semacam penghargaan atau tanda jasa dari negara yang bersangkutan.


Salah satu contoh manusia dan tanggung jawab serta pengabdian terlihat pada artikel berikut : Taman Makam Pahlawan dr. Wahidin terletak tepat di pinggir jalan raya Magelang, di desa Mlati Botoijan, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Didesa yang kultur sosial masyarakatnya masih kental inilah dr. Wahidin dikebumikan bersama istri dan beberapa keluarganya, termasuk pelukis terkenal Basuki Abdullah.

Kompleks area makam secara keseluruhan terbilang cukup luas. Memiliki tiga ruang makam utama. Makam dr. Wahidin sendiri terletak di tengah, diapit oleh makam pejuang yang gugur di sebelah selatan dan makam umum Ngasem di sebelah utara. Disebut ‘Ngasem’ karena memang terdapat pohon asam di depan makam umum ini.

Pada setiap hari-hari besar kenegaraan, seperti 17 Agustus, 20 Mei, dan hari pahlawan maka halaman makam dr. Wahidin senantiasa digunakan untuk upacara bendera. Tak jarang pula halaman ini juga sering dipakai untuk acara lomba 17an oleh pemuda dan anak-anak setempat.

Setiap sore, di makam dr. Wahidin ini akan Anda dapati seorang bapak dengan perawakan yang tidak terlalu tinggi, dan berusia sekitar 50an tahun yang sedang menyapu halaman makam yang kotor oleh daun-daun gugur. Atau kadang berada di dalam area makam sedang membersihkan rumput-rumput liar.

Setiap peziarah yang datang pasti mengenal bapak ini. Karena beliaulah yang memegang kunci makam. Ya, beliau adalah juru kunci makam dr. Wahidin. Orang yang bertanggung jawab terhadap perawatan makam. Orang yang dengan rela dan penuh pengorbanan serta keikhlasan menjaga dan merawat lingkungan makam.

Coba bayangkan seandainya makam yang luas dan penuh dengan sejarah tersebut tidak ada yang merawat? Makam yang bersemayam jasad pahlawan negeri ini pasti akan kotor, kumuh dan terbengkalai. Dan pastinya akan sangat memalukan bagi bangsa yang punya semboyan ‘bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya’.

Apa yang dilakukan oleh bapak juri kunci tersebut mungkin hanya sederhana. Tugasnya tidak untuk membuat analisis-analisis rumit mengenai fluktuasi kenaikan harga bahan bakar minyak. Tidak perlu pusing memikirkan gugatan-gugatan pemilu. Atau memikirkan kasus korupsi yang sedemikian banyaknya. Tugas dan tanggung jawabnya hanyalah merawat dan menjaga makam pahlawan.

Job description beliau hanyalah menyapu area makam, mengepel lantai, menyiapkan keperluan ketika ada upacara resmi, atau membukakan pintu dan melayani para peziarah. Tapi sebuah job kecil itu beliau laksanakan dengan penuh keikhlasan. Beliau melakukannya dengan penuh rasa penghargaan terhadap jasad yang terbaring di area tersebut.

Gaji yang beliau dapatkan mungkin tak seberapa. Mungkin besarnya gaji itu menurut ilmu akuntansi memang pantas untuk tugas yang ‘hanya’ menjadi juru kunci. Tetapi mungkin tidak bisa disejajarkan dengan keikhlasan dan tanggung jawab beliau. Karena memang hal itu tidak bisa diukur dengan angka-angka rupiah.

Pendapat saya : Para pahlawan itu selalu ikhlas dalam perbuatannya. Tak perlu kita meragukan itu. Bahkan mungkin para pahlawan yang telah gugur pun, tak mengharapkan untuk disebut sebagai ‘pahlawan’. Tetapi kitalah yang menikmati jasa dan pengorbanan mereka yang menyematkan gelar itu. Ini hanyalah bentuk dari rasa menghargai. Gelar kepahlawanan yang kita berikan merupakan salah satu bukti bahwa kita telah menghargai dengan sepenuh hati dan sebesar-besarnya atas jasa-jasa yang telah mereka lakukan. Menghargai itu membutuhkan sebuah penilaian yang obyektif. Tidak bisa kita menghargai seseorang hanya semata karena kedekatan emosional atau alasan sentimental. Menghargai itu merupakan bentuk apresiasi kita terhadap apa-apa yang telah dilakukan oleh seseorang. Menghargai yang tampak sederhana bisa jadi lebih sulit. Karena seringkali orang dengan peran-peran kecil –namun vital- justru dilupakan. Misalnya saja, kita akan sangat merasakan arti pentingnya juru kunci, ketika melihat keadaaan makam yang tak terawat dengan baik. Sama seperti halnya saat merasakan betapa berharganya pembantu rumah tangga, ketika pembantu mudik waktu lebaran. Orang-orang dangkal belajar menghargai ketika telah kehilangan apa-apa yang ternyata berharga. Orang-orang mendalam menghargai dengan terus menambahkan ke dalam kesadarannya alasan untuk terus menghargai, walaupun dalam hal-hal sederhana dan tampak remeh temeh.

Oleh karena itulah, dalam kehidupan bangsa ini akan selalu muncul ‘pahlawan-pahlawan tak dikenal’ yang jauh dari hiruk pikuk keramaian publik. Akan muncul pahlawan dari sosok seorang juru kunci makam. Dari sosok guru-guru di daerah pedalaman. Dari sosok tukang sapu jalan. Dari sosok pedagang kecil di pasar. Atau bahkan dari sosok buruh-buruh.

Maka bagi saya, beliau -dan juru kunci yang lain- adalah pahlawan di makam pahlawan itu. Karena seorang pahlawan ialah orang yang bersedia berkorban bagi bangsa dan negaranya. Berkorban secara ikhlas dan semata-mata karena bentuk pengabdian. Pengabdian yang seringkali menjadi apologi penguasa untuk tidak menghargai jasa mereka, para pahlawan yang terlupakan.

Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/11/pahlawan-makam-pahlawan-318424.html

0 comments:

Posting Komentar